Rabu, 6 November 2024

Pengamat Politik Menilai Duet Ganjar-Airlangga pada Pilpres 2024 Bisa Menggerus Suara PAN dan PPP

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah. Foto: Humas Pemprov Jateng

Saidiman Ahmad Peneliti dari Lembaga Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), berdasarkan hasil survei simulasi pasangan Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto mendapatkan suara yang tinggi dibandingkan simulasi pasangan calon presiden lainnya.

Duet Ganjar-Airlangga dalam survei SMRC bulan Agustus 2022 mendapat 33 persen suara. Sementara simulasi Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 25 persen, dan Prabowo Subianto-Puan Maharani 25 persen.

Menurutnya, pasangan Ganjar-Airlangga juga memenuhi aspirasi partai politik anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

“Pasangan Ganjar-Airlangga saya kira cukup mewakili aspirasi Golkar, PAN dan PPP. Walau sama-sama dari partai nasionalis, Ganjar sebenarnya cukup dekat dengan kelompok Islam. Beberapa keluarga dekatnya aktif di PPP, termasuk mertua dan kakak iparnya. Saat ini, dia juga didampingi tokoh PPP sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah,” ujarnya di Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Hasil survei SMRC terbaru tentang agama dan pemilih Pilpres 2024, lanjut Saidiman, Ganjar disukai baik oleh pemilih muslim dan non muslim.

“Selisih proporsi pemilih Muslim dan non-Muslim yang mendukung Ganjar relatif kecil, bahkan ada kecenderungan proporsi pemilih non-Muslim lebih besar dibanding yang Muslim,” imbuhnya.

Jelang pendaftaran pasangan calon presiden, ada suara dari Kader PPP dan PAN yang mendukung Ganjar sebagai capres ideal. Sedangkan Partai Golkar tunduk pada Munas dan Rakernas mendorong Airlangga Hartarto sebagai capres.

“Dari sisi elektabilitas, Ganjar memang unggul dibandingkan Airlangga. Kalau Ganjar dipasangkan dengan Airlangga, maka Ketum Golkar bisa memperkuat Ganjar,” tegasnya.

Sementara itu, Ahmad Khoirul Umam Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) menilai, menguatnya wacana duet Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto semakin membuktikan arah politik KIB.

“Orientasi politik KIB semakin tidak bisa ditutup-tutupi. Bahkan, koalisi itu punya kecenderungan dipersiapkan untuk mendukung Ganjar Pranowo,” terangnya.

Di sisi lain, Umam menyebut ada persoalan lain kalau KIB mengusung Ganjar Pranowo, yaitu komposisi capres-cawapres dan posisi politik PDI Perjuangan.

“Ganjar-Airlangga memang cukup menjanjikan. Namun, ada dua pertimbangan yang belum dikalkulasikan. Pertama, benarkah PDIP mau memberikan cek kosong kepada Ganjar, dengan melupakan Puan Maharani begitu saja?” ungkapnya.

Dosen Universitas Paramadina itu menambahkan, ada tantangan pada basis elektoral pasangan tersebut. Ganjar dan Airlangga dikenal sebagai sosok yang kurang merepresentasikan politik Islam, keduanya lebih dekat dengan politik nasionalis.

“Ganjar-Airlangga cukup kuat di sisi garis ideologi nasionalis,” tambahnya.

Lebih lanjut, Umam bilang dalam KIB memang terdapat dua partai bercorak Islam yaitu PAN dan PPP. Tapi, kedua partai tersebut akan menghadapi dilema kalau KIB memutuskan mengusung Ganjar-Airlangga.

“Dalam konteks itu, benarkah PPP dan PAN bisa bisa menerima komposisi tersebut? Mengingat dukungan mereka terhadap komposisi capres yang lebih berat garis ideologis nasionalis berpeluang mempengaruhi sikap basis pemilih loyal mereka yang bercorak politik Islam,” tuturnya.

Menurut Umam, pengusungan Ganjar-Airlangga berpotensi membuat dukungan elektoral kedua partai tersebut melemah. Hal itu sebagai dampak dari KIB yang condong pada garis politik nasionalis.

“Jika PPP dan PAN mau mendukung, artinya mereka siap dengan segala konsekuensi, termasuk potensi split ticket voting yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya basis pemilih loyal masing-masing partai politik Islam,” pungkasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Rabu, 6 November 2024
36o
Kurs